Xpander Datang Avanza Tak Boleh Terlalu Nyaman
Kali ini tulisan saya
agak sedikit berbeda dari biasanya. Bahkan tidak nyambung sama sekali dengan background
akademik yang saya miliki. Tapi saya percaya hal ini cukup dekat dengan
kehidupan kita. Apalagi dalam abad di mana teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi mengalami perkembangan yang amat signifikan.
Idiom seribu blablabla
atau sejuta blablabla kerap digunakan untuk menggambarkan betapa banyak suatu
objek. Lombok, misalnya, mendapat julukan Pulau Seribu Masjid. Padahal menurut
data yang ada jumlah masjid di Pulau Lombok bukan seribu melainkan lima ribu
lebih. Kan lebih tepat Pulau Lima Ribu Masjid to? Atau hikayat alfu lailah
wa lailah alias 1001 malam. Apakah dalam cerita tersebut benar-benar durasi
waktu yang digunakan si wanita bercerita kepada sang raja adalah selama seribu
malam lebih satu malam?
“Penggunaan embel-embel
seribu atau sejuta dimaksudkan untuk menunjukkan sesuatu yang banyak”
Avanza MPV Sejuta Umat
Siapa yang tak kenal Avanza?
Sebuah MPV yang menjadi inisator lahirnya MPV sejenis di belantika otomotif tanah
air. Pada masanya Avanza punya citra mewah dengan harga terjangkau. Namun
ketika mereka sudah digandrungi banyak konsumen harganya pun kini tak bisa
dibilang terjangkau. Untuk menyelematkan diri para produsen mobil, termasuk
Toyota, berlomba-lomba bikin mobil murah macam Agya, Ayla, Wagon R, hingga
Datsun yang nggak punya airbags itu. Biar avanza nyaman dengan harga
berkisar 200 jutaan.
Banyak MPV berusaha
mematahkan dominasi Avanza, sebut saja Suzuki Ertiga dan Honda Mobilio. Dua MPV
ini cukup sukses di pasaran meskipun belum mampu menjungkalkan Avanza. Dilansir
dari tirto.id, Di tahun 2016 Suzuki Ertiga terjual 32 ribu unit dan Honda
Mobilio laku sebanyak 39 ribu unit. Ini lebih baik dari capaian Nissan Grand
Livina yang hanya terjual 7 ribu unit. Namun Avanza masih digdaya dengan angka
penjualan 120 ribu unit.
Sejak kelahirannya 14
tahun lalu Avanza tercatat membukukan angka penjualan fantastis sebanyak 1,6
juta unit. Itu artinya Avanza merupakan salah satu penyumbang angka kemacetan
tertinggi di Indonesia utamanya di kota-kota besar. Mesin bandel, perawatan
gampang, spare part terjangkau, dan harga jual kembali yang lumayan
menjadi keunggulan Toyota Avanza dibanding kompetitornya. Tak pelak mobil ini
dijuluki mobil sejuta umat. Ia juga menjadi mobil yang paling sulit disalip di
jalan raya. Karena setiap nyalip Avanza di depan pasti masih ada Avanza yang
lain.
Mitsubishi Xpander;
Saingan Baru yang Patut Diperhitungkan
Mitsubishi resmi
meluncurkan Xpander dengan tagline “The Next Generation MPV”. Jika
dilihat dari tampilannya saya percaya mayoritas orang-orang akan lebih menyukai
Xpander dari pada Avanza. Mari kita bandingkan tampilan untuk tipe yang paling
tinggi dari keduanya yakni Xpander ultimate AT dan Avanza Veloz AT
Saya memang bukan orang
otomotif. Ah punya mobil pun nggak. Tapi melalui YouTube dan sedikit pengalaman
belajar nyetir saya tahu lah beberapa bagian mobil yang layak dibandingkan
antara satu merek dengan merek lain.
Xpander dan Avanza Veloz
harganya cenderung sama. Tidak berbeda terlalu signifikan. Namun menurut para reviewers
otomatif di YouTube macam Ridwan Hanif, Fitri Era, hingga Om Mobi mengaku
bahwa Xpander adalah terbaik di kelasnya. Baik dari segi harga, tarikan mesin,
dan juga fitur-fitur yang ada di dalam kabin. Untuk tipe Xpander Ultimate kita
akan diberikan colokan charger di ketiga baris kursi. Idaman banget buat
para generasi “merunduk” kan?
Untuk kursi baris kedua
pun bisa menampung 3 peumpang namun bisa pula disulap layaknya captain sit. Sehingga
baik tangan kiri maupun kanan bisa nyender laiknya pejabat baru selesai
dilantik. Untuk lebih jelasnya silahkan simak review dari Ridwan Hanif dari
AutonetMagz di bawah ini
Peluang dan Tantangan
Xpander tentu berpeluang
besar mengalahkan Avanza namun tidak bisa instan dan dalam waktu singkat.
Karena Avanza telah menggurita dan dimiliki oleh berbagai lapisan. Di era taksi
online kini pun banyak mobil MPV difungsikan untuk mencari nafkah. Lima
kali saya pakai layanan go-car dan empat di antaranya menggunakan
Avanza. Artinya ada tantangan yang harus dihadapi oleh Mitsubishi Xpander.
Menurut saya Xpander
harus mempertimbangkan faktor spare part dan tersedianya bengkel resmi.
Toyota jauh lebih unggul dalam aspek ini. Konsumen tentu akan berfikir jika
ingin membeli kendaraan. Semua kendaraan butuh perawatan dan faktor tersedianya
bengkel resmi untuk servis rutin dan sebagainya menjadi acuan konsumen dalam
membeli. Termasuk spare part yang terjangkau.
Selanjutnya Xpander juga
harus berusaha agar nilai jual kembalinya bisa bersaing laiknya Avanza. Karena
di era sekarang mobil makin gampang dibeli. Apalagi dengan adanya fasilitas
kredit. Bagi kelas ekonomi menengah ke atas rata-rata menggunakan mobil dengan
durasi 5 tahun. Artinya setelah 5 tahun mereka akan mengganti kendaraannya.
Tentu kendaraan yang lama akan dijual biar nggak keluar duit banyak untuk beli
tunggangan baru. Avanza sampai detik ini nilai jual kembalinya tetap yang
tertinggi di kelasnya. Apakah Xpander juga bisa berasing di aspek ini?
"Mobil itu kayak pacaran,
ada kalanya bosan melanda. Ketika itu pilihan cuma dua, bertahan dengan yang
lama atau mencoba yang baru"
Jika Avanza tak berbuat
sesuatu menyikapi kedatangan pesaing baru maka bersiaplah Avanza akan seperti
Nokia yang perlahan-lahan terpuruk. Namun jika Avanza ingin terus bersaing dan
menjadi pemenang mereka harus berinovasi. Entah dengan melahirkan varian baru,
menurunkan harga, atau promosi-promosi lainnya.
"Terkadang kita memang
membutuhkan persaingan. Bukan untuk saling mengalahkan. Namun agar potensi
terbaik dapat keluar dengan maksimal!"
Jogja, 16
September 2017
09:05 WIB
Bajang Lombok
Pusat penjualan produk berkah walatra
BalasHapuswww.berkah-walatra.com