saat TV membuatku resah



Setiap orang pasti punya keresahan tersendiri. Ketika kita mengamati suatu objek dan ada yang mengganjal dalam hati terhadap objek tersebut atau penilaian yang berbeda akibat dari sudut pandang yang kita gunakan berbeda dari yang lain tentu akan melahirkan persepsi berbeda dalam menilai objek tersebut. contoh kecil, sinetron GGS di SCTV, ( itu sinetron masih tayang nggak ?  Maklum sebagai anak kos sudah berbulan-bulan tidak bercumbu dengan tayangan TV ) Sebagian orang sangat mengapresiasi sinetron itu, apalagi kalau adegan digo ama sisi lagi romantis, beeh,, lebih heboh yang nonton ketimbang artisnya. Saya kadang bingung, artisnya yang pelukan tapi kenapa penonton yang senyum-senyum lebar banget ya ? apa penonton terlalu menjiwai sinetron itu tanpa mengkritisi nilai moral yang ada di dalamnya ?
Ada pula sebagian orang yang kontra terhadap sinetron ini. Dengan alasan mencederai nilai-nilai moral dan agama serta memberikan contoh tidak baik bagi kaula muda. Saya rasa alasan ini masuk akal dan inilah keresahan yang saya rasakan juga kini. Bahkan bukan hanya pada satu acara TV saja tapi masih banyak lagi acara TV yang minim nilai moral namun kaya akan hal-hal negatif.
Presiden  ke 7 Indonesia, bapak Ir. Joko Widodo ketika kampanye kita masih ingat jargon yang ingin ia capai adalah “ revolusi mental ”. kita patut mengapresiasi keinginan baik bapak presiden karena memang mental-mental orang indonesia lah yang harus diubah jika ingin negara ini maju. SDMnya harus memiliki nilai moral keindonesiaan yang kuat agar tetap jadi bangsa yang berkarakter. Saya belum mempelajari program kerja yang beliau akan laksanakan karena memang sebagaimana tulisan saya beberapa hari sebelumnya sekarang saya sedang cuti dari dunia politik. ( cuti komentar-mengomentari permasalahan politik maksudnya ).
Kenapa di awal saya membahas tentang tayangan TV dan revolusi mental ? karena saya rasa dua hal ini sangat singkron. Kita semua tahu bahwa TV adalah media utama dan paling berpengaruh di Indonesia. pengaruhnya begitu terasa. Coba ingat beberapa bulan lalu tatkala TVOne dan MNC Group mempropaganda pasangan prabowo-hatta dan Metro TV serta SCTV yang gencar meninggi-ninggikan jokowi. Lihatlah dampak yang diakibatkan oleh TV tersebut ? begitu luas dan terasa. Maka menurut saya revolusi mental harus juga diikuti revolusi tayangan TV.
Iklan di Indonesia hanya  sedikit yang mendidik, itupun iklan yang bergenre iklan layanan masyarakat. Iklan komersil lain hanya mengejar keuntungan dan tidak mendidik sama sekali. Andai saja tayangan iklan semuanya mendidik dan mempersuasi penonton untuk melakukan kebaikan saya rasa mental para penikmat TV akan terpengaruhi oleh apa yang mereka saksikan di TV.
Sekarang lebih banyak orang rela bangun malam untuk nonton bola ketimbang tahajjud. Bener nggak ? saya pun dulu gitu, ya Allah maafkan hamba-Mu ini :’(. Selain karena manusia memang suka bola ini juga dipengaruhi oleh iklan di TV. “ jangan sampai kelewatan malam ini el clasico barcelona vs real madrid pukul 02:30 live hanya di RCTI ”. nggak ada satupun iklan yang mempengaruhi penonton untuk tahajjud, bener nggak ?.  coba aja semua TV setiap hari mengingatkan penontonnya untuk tetap beribadah atau pembawa acara sepak bolanya bilang “ salam olahraga, sebelum mulai nonton jangan lupa tahajjud ya pemirsa biar tim kesayangan anda menang! ” saya rasa pasti ada yang akan terpengaruh dengan ajakan ini.
Acara gosip juga menjadi acara TV yang begitu digemari. Ini kan mengajarkan penonton gibah. Ngomongin kejelekan orang lain yang belum tentu benar. Perhatikan ! Acara gosip mah setiap hari bahkan tiga kali sehari. Kalau acara pengajian ? paling sering Cuma sekali seminggu doang. Puncaknya ketika bulan ramadhan, memang acara pengajian banyak tapi gosipnya kawan, non stop. Coba aja semua TV kompak ketika ramadhan datang acara gosip diberhentikan. Pasti suasana puasanya akan berbeda.
Sinetron di Indonesia juga harusnya mengajarkan nilai-nilai kesopanan dalam meramu kisah. Jangan hanya serunya saja supaya rating tetap tinggi tapi nilai moral malah dianak tirikan. Sinetron Indonesia kebanyakan substansinya hanya romantika percintaan, pegang-pegangan padahal bukan muhrim. Jangan heran muda-mudi Indonesia banyak yang bermental seperti para pesinetron di TV.
Ke depan saya ingin membandingkan acara TV Indonesia dengan acara TV luar negeri utamanya di negera-negara yang lebih maju dibanding Indonesia. inilah keresahan saya selaku orang awam di Indonesia. mari kita doakan dan dukung bersama supaya revolusi mentalnya pak presiden bisa terwujud sesegera mungkin. Lebih cepat lebih baik.

Komentar

Postingan Populer