" terima kasih sang pencerah "



Aku masih istirahat siang itu. Demam dan diare berkolaborasi menyerangku semenjak beberapa hari lalu memaksaku lebih banyak istirahat daripada beraktifitas sebagaimana biasa. Disinilah aku menyadari betapa mahal dan berharganya kesehatan. Namun aku tak banyak mengeluh, karena aku tahu Allah sedang mencabut dosa-dosaku melalui sakit ini. Kata guruku, sakit bagi orang islam yang sabar menghadapinya akan menjadi penggugur dosanya di masa lalu, dan seandainya dosanya sudah habis akan tetapi ia masih jua sakit maka sakit berubah fungsi sebagai pengangkat derajat di sisi Allah SWT. Tapi jika sakit yang menimpa hamba faqir penuh dosa seperti aku sudah bisa dipastikan berfungsi menggugurkan dosa-dosaku yang telah menggunung itu. insyaAllah.
Hapeku berdering. Ada pesan singkat datang. Aku sentuh touchscreen Hpku sedetik kemudian muncullah biang keladi berderingnya HP ini. Dari salah seorang kawanku thalibat tingkat 1 MDQH NW Pancor. Isinya kurang lebih begini “ kak, ada TGB nanti ”. segera ku tanggapi pesan itu dan akupun mendapat informasi bahwa bakda magrib nanti pondokku akan kedatangan orang paling berpengaruh di NTB saat ini. Gubernur NTB sekaligus ketua umum PBNW, beliau juga selaku ketua DPD 1 Partai Demokrat NTB, Syaikhul Ma’had MDQH Pancor, Rektor IAIH Pancor, Sekretaris Ikatan Alumni Al Azhar di Indonesia, pernah masuk bursa calon presiden dari partai demokrat beberapa bulan lalu, terpilih sebagai tokoh perubahan versi harian republika tahun 2010, juga menerima anugerah bintang mahaputra dari presiden RI 3 tahun lalu. Jangan heran aku tahu banyak tentang beliau karena beliaulah salah satu tokoh yang aku idolakan selama ini. Dan aku yakin bukan hanya diriku yang mengidolakan beliau akan tetapi masih ada ribuan lainnya yang sama seperti bahkan mungkin melebihi aku.

=( )=

Ribuan orang menyemut di mushola al abror. Meskipun hanya sebuah mushola tapi jangan salah, mushola ini mampu menampung sekitar 2500 lebih anak adam. Mushola putih berlantai dua ini merupakan saksi bisu lahirnya organisasi terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan. Di tempat inilah sekarang aku bersila. Meskipun belum fit 100% namun aku yakin takdir lah yang membawaku kesini untuk mendengarkan ceramah dari sang pencerah.
Aku duduk di sebelah utara dari titik utama bangunan mushola. Ingin rasanya aku merangsek menerobos menerjang orang-orang didepanku agar bisa duduk paling tidak berhadapan dengan titik utama bangunan mushola ini yang nantinya disitulah Tuan Guru Bajang akan berorasi dakwah. Tapi tidak mungkin itu kulakukan sekarang, bisa dibully aku karena dianggap merebut tempat duduk orang lain. Kalau dibully di twitter aku rasa tidak terlalu bermasalah karena hanya dunia maya akan tetapi kalau dibullynya di dunia nyata, aduh pasti salah tingkah dan sakitnya tu di sini ( nunjuk hati ama perut barengan, kan lagi diare juga ) :D lho kok ?
“ ihtirommm hayyu ” terdengar pengeras suara mengagetkan ribuan jamaah yang hadir. Tanpa dikomando kami semua berdiri  untuk memberikan penghormatan tentunya untuk gubernur yang telah hadir ditengah kami. Aku berinisiatif untuk menerobos barisan orang-orang ini. Aku berhasil, namun ternyata bukan aku seorang saja yang berinisiatif seperti itu. Jamaah yang lain pun melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan. Ah rasanya seperti sedang unjukrasa dan saling dorong dengan satpol PP. Namun aku pantang mundur. Aku terus merangsek hingga akhirnya bisa duduk di tempat yang aku inginkan.
Acarapun dimulai dengan pembacaan shalawat nahdatain oleh TGH. Salimul Jihad Lc. Selanjutnya TGB pun mengambil alih mikropon. Beberapa detik lagi beliau pasti akan memulai ceramah. Baru saja TGB bangkit dari tempat duduknya, jamaah yang kebanyakan pelajar di lingkungan pondok pesantren darunnahdlatain NW Pancor berteriak histeris utamanya kaum hawa. Wajarlah, beliau termasuk tampan dan idola wanita-wanita muslimah. Tak cukup sampai disitu, sorotan kamera pun kompak memotret gerak gerik beliau, ada yang pake HP berkamera VGA sampe yang beresolusi belasan megapixel bersaing mengabadikan momen tersebut. Sedangkan aku ? walaupun bermodal HP dengan resolusi kamera 2 MP aku tak memubazirkan kesempatan ini.
Banyak hal yang beliau sampaikan kepada kami diantaranya :
1435 Hijriah merupakan tahun cobaan bagi ummat islam. Kita bisa melihat negara-negara islam di timur tengah. Yang tadinya aman, tentram, damai bin sentosa kini malah akrab dengan perang saudara , konflik tiada berkesudahan, dan keributan. Apa yang terjadi pada negara-negara islam tersebut baiknya kita jadikan sebagai ibrah ( pelajaran ) agar tidak terjadi di negeri tercinta ini. Kita pahami apa yang menjadi sebab musabab konflik tersebut lalu kita berusaha supaya konflik semacam itu jangan sampai terjadi di negara tercinta ini dengan menghindari faktor-faktor penyulutnya.
Kemudian ceramah beliau mulai mengarah ke dimensi keilmuwan. Wajar saja karena beliau sedang berorasi dihadapan para budak ilmu. Ketua PBNW ini mengatakan beberapa ciri orang yang memiliki tingkatan ‘alim yang tertinggi ( ‘alimul robbani ) ialah sifat utamanya adalah خشية   ( takut kepada Allah ). Sehingga apabila ia takut pada Allah, setiap kali mendapatkan ilmu dia segera mengamalkan ilmu tersebut. Karena jika tidak mengamalkannya maka ilmu itu sendiri yang akan menjadi bumerang baginya. ilmu itu sendiri yang akan menjadi faktor yang mencelakakannya di akhirat kelak.
TGB kemudian melanjutkan dengan beberapa ciri orang yang beriman  dalam al quran diantaranya دوام الاستغفار ( senantiasa beristigfar). Ketahuilah!! Tidak ada seorang pun yang mampu mengamalkan semua ilmu yang telah ia miliki karena itulah kita harus senantiasa beristigfar. Contoh kecil, kita semua tahu bahwa shalat duha yang paling afdhal adalah 8 rakaat, ulama lain mengatakan 12 rakaat. Pertanyaanya apakah kita telah mengamalkan ilmu kita itu dengan mengerjakan duha 8 atau 12 rakaat setiap harinya? Jika belum maka beristigfarlah. Kita juga tahu tahajjud itu sangat disunnahkan, begitu banyak faidahnya, namun tentu kita sering lalai dalam menjalankanya ( termasuk penulis sendiri demikian ). Astagfirullahal azim. Semoga istigfar kita bisa mengurangi dosa yang sudah kita tuai dan selanjutnya bisa membantu kita berubah menjadi lebih baik lagi. insyaAllah.
Ciri orang yang beriman selanjutnya yaitu pada malam hari ia menampakkan ketaaannya dengan bersujud dan tiada lain didalam hatinya kecuali dua hal yaitu takut di akhirat tidak selamat dan mengharap ridho Allah. TAHAJJUD. Ya, tahajjud. Terlebih bagi penuntut ilmu tahajjud amatlah urgen sebagai faktor pendorong keberhasilan dan keberkahan ilmu. Saya jadi teringat sebuah syair dalam kitab ta’limul muta’alim
“... fa man thalabal ‘ulaa syahirla layaali...” barang siapa yang mencari ketinggian ilmu maka hidupkan lah malam-malamnya dengan tahajjud dan mutalaah. Bagi penuntut ilmu tahajjud bukan hanya sekedar sunnah muakkad belaka akan tetapi merupakan pendukung utama dalam pengembaraan selaku budak ilmu.
Tuan guru bajang juga menegaskan bahwa setiap sesuatu perlu persiapan. Begitupun dengan qiyamullail. Salah satu persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan mempercepat tidur. Mempercepat tidur berbanding lurus dengan cepat tidaknya kita bangun dari tidur. Maka tidak sepantasnya seseorang yang bertitel santri kerjaannya hanya begadang tidak jelas. Tidak lazim juga bagi seorang santri yang tidur dan tidak bangun-bangun sampai azan subuh berkumandang. Santri adalah seorang pengembara ilmu yang pantang begadang jika tidak ada artinya dan selalu berusaha qiyamullail.
Di akhir tausyiah beliau, TGB kembali menekankan kepada semua jamaah khususnya para santri yang jumlahnya ribuan bahwa mereka saat ini sedang berada dalam marhalah (tingkat) menuntut ilmu. Maka segala hal yang kita lakukan harus berkaitan dengan ilmu bukannya dengan hal-hal yang menjadi musuh ilmu itu sendiri. Keluyuran, nongkrong, ngerumpi, dll yang nihil ilmunya hendaknya kita jauhi. Tapi isilah hari-hari kita dengan membaca, menulis, berfikir, menganalisa, mendengarkan, berbicara, dan merenungkan hal-hal yang berkaitan dengan keilmuwan. Karena kita sedang menuntut ilmu. Kita sedang mempersiapkan masa depan sekarang bukan untuk bersenang-senang menghabis-habiskan uang tanpa ada manfaat.
Tak biasanya TGB memberikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya atau menyampaikan apa saja yang ingin mereka sampaikan. Seorang mahasiswa bangkit lalu menyampaikan salam dari seorang profesor yang juga rektor UIN Sunan Ampel kepada bapak gubernur. Kebetulan mahasiswa tersebut baru saja kembali dari Surabaya setelah mengikuti pelatihan jurnalistik. TGB pun membalas salam tersebut. Ada juga seorang mahasiswi yang bertanya kenapa ilmu dan iman tidak bisa dipisahkan serta bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam belajar di zaman modern ini. Mahasiswi ini sempat membuat jamaah heboh karena ia bertanya menggunakan bahasa inggris. It’s so great ! tapi nampaknya masih lebih banyak yang pura-pura mengerti daripada yang benar-benar mengerti terhadap apa yang mahasiswi berkerudung anggun itu tanyakan.
Beliau menjawab pertanyaan pertama dengan mengutip perkataan albert enistein yang kurang lebih intisarinya “ iman tanpa ilmu lumpuh, ilmu tanpa iman buta ”. iman tanpa ilmu lumpuh, artinya ia memiliki kemauan untuk menegakkan kebenaran, menyebarkan kebaikan, memperkokoh islam tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya menjadi angan-angan dalam dada saja dikarenakan ketiadaan ilmu. Ilmu tanpa iman buta, maksudnya dia memiliki ilmu akan tetapi tidak berlandaskan iman, sehingga ia tak tahu mana yang halal dan haram, mana yang maslahat dan mudhrat, ia buta akan kebenaran apalagi kebaikan. Dan untuk pertanyan kedua, jawabnnya adalah mengatur waktu, mengalokasikan waktu untuk belajar. Waktu belajar harus lebih banyak daripada waktu untuk main HP ataupun online ( penulis sendiri merasa tersindir hehe ). Kalau waktu sudah bisa kita manfaatkan dengan baik, maka insyaAllah hambatan tersebut tidak akan benar-benar menghambat kita dalam berproses meraih ilmu.
Ada juga seorang santri wati dari muallimat bertanya menggunakan bahasa arab. Wuih, acara malam itu juga ternyata di isi dengan adu hebat antar beberapa perguruan yang ada di lingkup ponpes darunnahdlatain NW Pancor. Ia menanyakan mana yang lebih utama memperbaiki akhlak baik atau menguasai teknologi. TGB mengatakan dua-duanya penting. Tidak ada kontradiksi antara dua hal tersebut.
Oiya, dalam acara ini TGB juga sempat memanggil salah seorang santriwati yang berhasil meraih juara dua dalam musabaqah qiratul kutub tingkat nasional beberapa waktu yang lalu. TGB bilang “ saya kasih dia uang satu juta setengah, kalau kalian mau uang tidak ? ” sontak semau yang hadir menjawab dengan kompak nan semangat bahkan teriak dengan berapi-api “ maauuuu ” . “ kalau mau, tunjukkan prestasi anda dulu kepada saya ”. subahanaAllah, semangat pun semakin membara dengan acara malam ini. Tidak sia-sia aku ke sini meskipun masih dalam kondisi kurang sehat. Terima kasih ya Allah atas takdirmu, terima kasih sang pencerah atas wejanganmu malam ini. Terima kasih telah memberikan motivasi untuk diri ini dan semua yang hadir. ^_^




Di kosku, Bermi-Pancor
11 oktober 2014 22:21 WITA
Muhammad Izzuddin

Komentar

Postingan Populer