curahan hati mencari jati diri



Pamanku pernah berkata “ caritahu apa skill yang ada padamu, lalu kembangkanlah ! ”. karena skill lah yang akan membedakan kita dengan orang lain. Ilmu kita boleh sama, bahkan mungkin ilmu orang lain bisa jadi lebih banyak dari ilmu kita tapi jika skill kita terasah dengan baik maka kita masih bisa bersaing dengan orang-orang yang berilmu tanpa mengasah skillnya.
Ya, aku pahami itu. Tapi satu pertanyaan yang membrondong pikiran ini. “ apa sebenarnya skill yang aku miliki ? ” “ atau mungkin aku masih memerlukan proses dan waktu untuk menemukan apa sebenarnya skill yang ada pada diriku ini? ”. aku pun berdialog dengan diri. Aku renungkan beberapa cita-cita yang sempat terlintas dalam benak ini semenjak beberapa tahun yang lalu.
Musisi. Ia, aku pernah kepikiran jadi seorang musisi. Kayaknya seru deh, pindah dari satu panggung ke panggung lain. Masuk TV sana keluar TV sini, banyak fans, orang-orang memburu tanda tangan dan foto bareng kita. Waktu itu adalah masa emasnya PETERPAN. Itu lho band yang udah hampir almarhum tapi sekarang muncul lagi dengan nama baru, NOAH. Yang tak ku habis pikir dari musisi-musisi yang kuamati ternyata mereka itu sakti. Entah faktor apa yang membuat mereka dengan gampangnya memberikan sugesti pada penonton lalu penonton mengikuti sugesti tersebut. Aku yakin itu bukan ilmu hipnotis. Ketika sang musisi bilang “ semua tangannya di atas! ”. ajaib! Penonton kompak mengangkat tangan. Padahal tujuannya apa coba ? apa manfaat yang bisa didapatkan dengan mengangkat tangan nggak jelas kayak gitu ?  bahkan bisa jadi mudharat juga kalau kalau ketiak penonton tersebut belum sempat dilumuri deodoran.  Tapi ah sudahlah! Itu keunikan dari dunia musisi
 Bukannya aku tidak pernah mencoba peruntungan di atas panggung. Aku sempat manggung dengan dua kawanku. Kami sesama musisi amatiran yang minim persiapan ketika ada sebuah event. Dan akhirnya ? di awal penampilan kami dihadiahi tepuk tangan namun ditengah performance kami diteriaki “ oeiy,,, turun oiey,,, turun ”. huft!! aku rasa musisi bukanlah skillku.
Sepakbola. Identik dengan dunia lelaki meskipun dewasa ini olahraga termasyhur sejagat ini mulai menarik perhatian kaum hawa. Aku sendiri sangat menggemari dunia sepak bola. Di indonesia aku suka PERSIB Bandung. Barcelona FC adalah klub andalanku kalau di luar negeri sana. Sedangkan timnas indonesia ? jujur saja aku inkonsisten mendukung tim merah putih. Bukan berarti rasa nasionalismeku tidak ada akan tetapi aku kadang-kadang risih dengan ekspektasi berlebihan dari masyrakat indonesia untuk timnas mereka. Baru saja juara di kawasan asia tenggara langsung bermimpi masuk piala dunia tanpa berkaca pada kekuatan negara-negara tetangga. Semoga saja Indonesia ke depannya bisa lebih baik lagi amiiinn.
Dalam perjalananku sebagai pesepakbola amatiran  posisi yang paling akrab denganku adalah bek tengah. Sebenarnya aku ingin jadi penyerang yang membuat banyak gol, ataupun gelandang yang memanjakan striker dengan umpan-umpan manisnya tapi apa daya. Aku terpilih masuk skuad inti dan berposisi sebagai bek. Tahu tugas bek tengah kan ? tugasnya simpel. Kalau bola datang mendekati daerah pertahanan tendang saja ke depan atau ke mana saja yang penting jangan mendekati gawang. Simpel kan ? aku rasa sepakbola bukanlah skill yang akan membuatku menjadi lebih baik nanti.
Seiring waktu jalan pikiranku mulai menemukan jati diri. Mungkin ini yang dinamakan proses pendewasaan. Aku mulai berfikir ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Kalau pesepak bola maupun musisi nampaknya tidak terlalu memberikan kontribusi ke masyarakat bahkan terkesan sebagai profesi yang kepentingan komersilnya lebih banyak dibandingkan pengabdian pada masyarakat. Kehidupan dunia yang hanya sementara serta alam akhirat yang sudah menanti harus menjadi pertimbangan kita dalam menentukan arah hidup. Jangan hanya dunia yang terbayang dalam benak ini. Ingat ada akhirat yang tak terlihat namun harus dipersiapkan dengan mantap.
Menjadi orang yang berkontribusi banyak bagi orang lain bisa dilakukan tidak hanya dengan satu cara. Ada banyak cara, langkah, dan pilihan untuk berkontribusi yang bisa diilakukan oleh manusia. Ulama dengan menyebarkan ilmu yang beliau miliki, guru dengan mendidik siswa dengan baik, pengusaha dengan menjadi pengusaha yang jujur dan ramah pada ekonomi kelas menengah ke bawah, pejabat dengan melayani rakyatnya bukannya menyulitkan masyarakat melalui adminitrasi yang ribet dan bertele-tele, anggota dewan dengan memperjuangkan aspirasi rakyat bukannya korupsi, penulis dengan tulisannya yang mendidik serta menginspirasi, dan masih banyak lagi cara masing-masing individu jika ingin berkontribusi untuk masyarakat.
Aku ingin seperti itu. Berusaha menjadi pribadi yang berkontribusi untuk orang banyak. Inilah amal multifungsi, fungsi duniawi dan ukhrawi. Uang dan harta didapat pahala pun jadi meningkat. Alhamdulillah, aku rasa ini lah yang harus aku gapai. Dan semuanya dimulai dari sekarang, detik ini juga. Bismillah.
Lambat laun aku terfikir tentang arti skill itu sendiri. Paman pernah bilang padaku skil itu adalah ketika kamu mengerjakannya kamu tidak merasa terbebani, tapi kamu senang melakukannya dan selalu bersemangat dalam menjalankannya. Syaraf-syaraf dalam otak ini kembali berdiskusi. Ada dua kata kunci, tidak terbebani dan senang melakukannya. Aku pasti punya skill, tapi apa skiil itu ? aku yakin Allah maha adil memberikan skil kepada seluruh hamba-hamba-Nya.
Saatnya berproses, mengutip sebuah moto hidup dari seorang doktor linguistik universitas mataram, M. Husni Muadz “ hidup adalah belajar ”. insyaAllah setiap kita memiliki skill dan semoga kita bisa memanfaatkan skill tersebut dengan baik. Aku sadar aku tengah dirundung kebingungan dengan skil apa yang kumiliki. Dan daripada aku dipusingkan oleh hal itu lebih baik saatnya terus belajar dan berkarya, aku yakin skill itu akan nampak pada suatu waktu nanti. insyaAllah. Wallahu a’lam.


Bermi, 15 Oktober 2014
17:39 WITA
Muhammad Izzuddin

Komentar

Postingan Populer