LihatlahRasul.....



عن انس بن ما لك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو اهدي الي كراع لقبلت ولو دعيت عليه لاجبت

Dari anas bin malik r.a berkata bahwa rasulullah SAW bersabda seandainya dihadiahkan kepadaku kura’ ( telapak kaki hewan sembelihan yang tidak ada dagingnya ) maka sungguh aku akan menerimanya dan seandainya aku diundang ke sebuah hajat maka aku akan penuhi undangan itu

Berbicara tentang sosok tersempurna sejagat dan akhirat niscaya tidak akan kita temukan sedikitpun cacat. Beliau manusia terbaik. Maka wajar saja jika amal beliau adalah amal terbaik, cara hidup beliau, ajaran, sampai pesan-pesan yang beliau wasiatkan pada ummatnya, semuanya, tidak hanya sekedar baik melainkan terbaik. Akhlak beliau begitu paripurna. Rujukan utama akhlak mulia umat manusia.
Hadits di atas menggambarkan ketawadduan baginda nabi. Padahal beliau adalah orang yang termulia akan tetapi jika beliau dihadiahi kura’ ( telapak kaki hewan sembelihan yang tidak ada dagingnya ) maka sang pribadi sempurna ini tidak akan menolaknya. Beliau akan menerima dengan senang hati. Menghargai pemberian orang lain dan menjaga perasaan orang yang memberi.
Seandainya juga beliau diundang pada sebuah hajatan dan hanya disuguhkan kura’ sebagai jamuan tak akan ada kata tolakan apalagi keluhan yang terlontar dari lisan beliau. Melainkan yang beliau lakukan adalah menerima dan menghargai pemberian dari sohibul hajat. Ini ajaran ketawadduan sekaligus etika bersosialisasi dari beliau.
Rasul mencontohkan kepada kita ketawadduan. Menerima pemberian orang sebagai wujud menjaga perasaan orang yang memberi. Namun sayang dewasa ini ummat beliau justru banyak yang ketawadduannya dikalahkan oleh rasa gengsi tak bertepi. Padahal Rasul saja yang begitu mulia kedudukannya tidak pernah sama sekali gengsi untuk menerima pemberian orang.
Di zaman yang katanya orang zaman edan ini jika seorang anak minta uang pada orangtuanya Rp. 100.000,- akan tetapi hanya diberi setengah dari jumlah yang diminta tidak sedikit kita temukan mereka mengeluh bahkan menggerutu dengan hal itu. Yang lebih parahnya lagi anak yang tingkat kenakalannya lebih tinggi, bisa jadi ia akan menolak pemberian orangtuanya itu sembari memaki-maki mereka. Nauzubillahi minzalik.
Selain ibrah tersurat dalam hadis tersebut juga terdapat ibrah tersirat bagi kita selaku ummat beliau. Hadis ini mengajarkan bagaimana hablum minannas rasulullah yang baik dengan cara menerima apa yang diberikan orang lain dengan senang hati. Begitupun seharusnya hablumminaallah kita. Jika pemberian dari orang lain saja bisa diterima dengan ikhlas apalagi pemberian dari sang maha pemberi. Sudah sepantasnya kita terima tanpa ada keluhan dan suuzon pada tuhan.
Ketika kita memiliki sebuah hajat. Lantas kita berusaha untuk menggapainya dan ternyata yang kita dapatkan tidak sesuai dengan hajat kita. Apa yang Allah berikan tidak sesuai dengan yang kita minta. Maka hamba-Nya yang baik adalah hamba yang menerima pemberian Allah tersebut dengan mensyukurinya dan tidak mengeluh.
Tapi inilah titik lemah manusia. Kita tahu bahwa kemauan manusia tidak akan ada habisnya. Dan syetan selalu cerdik memanfaatkan keambisiusan manusia sebagai lorong mereka untuk masuk dan menggoyahkan keimanan kita. Sehingga yang terjadi kita dikuasai hawa nafsu yang tiada berujung, Luput dari rasa dan sikap syukur pada tuhan dan yang paling bahaya adalah mengeluh malah jadi budaya. Karena mengeluh mengandung dua susbtansi negatif yaitu ketiadaan rasa syukur dan titik awal tumbuhnya suuzon pada Allah rabbul ‘alamin. Na’uzubillahi min zalik.
Mari kita melakukan survey terhadap intensitas mengeluh yang dilakukan oleh manusia. Tidak perlu keluar uang banyak, waktu maupun yang lainnya untuk melakukan survey ini. Lihatlah facebook, twitter, dan akun jejaring sosial lain. Tak terhitung jumlah status-status yang isinya hanya mengeluh mengeluh dan mengeluh. Ini fakta yang terjadi di dunia maya. Apakah di dunia nyata tidak demikian ? cobalah amati sekitar anda bahkan bila perlu diri anda. Pasti kita akan dapati diri kita adalah orang yang pernah mengeluhkan takdir Allah yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Mari kita beristigfar sejenak. Astagfirullahal azim.
Hawa nafsu bukan untuk dihilangkan. Ia sudah menjadi fitrah manusia. Akan tetapi hawa nafsu harus dikontrol agar ia tidak menjelma menjadi hawa nafsu yang membawa kepada kejelekan dan kesengsaaraan. Hawa nafsu harus diarahkan agar menjadi wasilah menuju kebajikan demi kebajikan. Salah satu cara kita mengontrol hawa nafsu adalah dengan menumbuhkan rasa lapang dada menerima apa yang Allah berikan. Latih hati dan emosi untuk menjadi orang yang mensyukuri apa yang ada bukan mengeluhkan apa yang ada.
Seharusnya kita bisa menghindari sikap mengeluh dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Karena tentunya Allah memberikan sesuatu kepada hamba-Nya sesuai dengan besar usaha yang hamba tersebut lakukan. Allah tidak tidur. Allah tidak pernah zalim. Allah selalu adil. Hanya saja kita yang belum maksimal berusaha agar hajat kita bisa tercapai sesuai dengan harapan. Tapi jangan lupa iringi usaha dengan ketawadduan. Karena tentu, kita boleh berencana tapi tetap Allah yang menentukan. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Wallahu’alam



Bermi, 14 Oktober 2014
14:08 WITA
MUHAMMAD IZZUDDIN

Komentar

Postingan Populer