Semua Butuh Proses
Beberapa waktu belakangan
saya aktif di salah satu platform online populer, YouTube. Sebagai seorang millenial,
rasanya ingin sekali melakukan sesuatu dengan situs berbagi video tersebut.
Namun saya percaya bahwa segala sesuatu yang instant itu nggak enak. Kopi yang diracik oleh barista terasa lebih nikmat dari kopi instan yang tinggal seduh. Pun
juga kesuksesan dan keberhasilan di dunia online. Include, in
YouTube.
Maka tidak ada rasa kecewa
ketika video yang saya buat hanya disaksikan oleh tak lebih dari 100 viewers. Hanya
mendapat belasan like bahkan ada pula yang memberi dislike. Karena
saya sadar diri bahwa kualitas video yang saya buat belum pantas untuk diganjar
dengan viewers yang banyak.
Namun kepasrahan dan rasa
tahu diri ini tak membuat saya bertawakkal sebelum berjuang banyak. Islam
mengajarkan bahwa sebelum kau tawakkalkan kudamu, ikat dulu ia dengan tali yang
kuat. Sebelum kau berusaha maksimal membuat konten YouTube yang bagus jangan
terlalu cepat pasrah dan tawakkal.
Kalau ada yang bertanya, “Kenapa,
sih, Bang Izzu, nggak ‘ngotot’ ngumpulin subscriber yang banyak, kenapa
harus bikin video sendiri, jadi re-uploader dan bikin clickbait pun
bisa membuat viewers dan subscriber bertambah. Nggak perlu bikin
konten yang original,”
Jawaban saya Cuma satu;
saya percaya hasil tak akan mengkhianati proses. Paling tidak itu yang telah
dialami dan dijalani oleh panutan-panutan saya di YouTube. Berikut beberapa
panutan saya di situs berbagi video YouTube :
Jika Anda pernah rutin
mengikuti blog saya ini niscaya ini adalah ke-sekian kalinya saya membahas tentang dia. Gita hadir dengan konten-konten positifnya. Nggak banyak effect
maupun editing dalam video-videonya. Namun ia punya ciri khas yang
membuat video-videonya selalu ramai dikunjungi. Dari dia saya belajar bahwa
menjadi diri sendiri, dengan penampilan sendiri, pembawaan sendiri, dan pikiran
sendiri, Anda akan menjadi lebih mudah dikenali dan mendapat tempat di hati
para penikmat YouTube
Untuk kategori travel
vlog Arief Muhammad adalah salah satu panutan saya. setelah menikah dengan
Tipang ia melibatkan sang isteri dalam konten-konten YouTubenya. Kualitas dan
konsep video-videonya, utamanya video travel, selalu membuat saya
berdecak kagum. Effect-effect yang sinkron, juga backsound yang
tepat membuat kita betah berlama-lama menikmati sajian video yang dibuatnya.
Arief Muhammad menginspirasi saya untuk membuat video dengan memanfaatkan semua
yang ada di sekitarnya, include his wife.
3. Agung Hapsah
Dia adalah satu-satunya
YouTuber yang saja jadikan panutan dan usianya jauh lebih muda dari saya. Pemuda
yang besar di Australia ini memiliki gaya bicara yang khas. Mungkin karena
kelamaan di Australia dan lama tak berbahasa Indonesia sehingga aksen-aksen
bahasa Indonesianya menjadi unik. Video-videonya jarang yang durasinya panjang.
Ia pun tak intens meng-upload video. Akan tetapi sekali upload video
pasti laman komentar dibanjiri oleh komentar-komentar positif. Sinematografi
Agung Hapsah tak ada duanya bagi saya. Karena memang ia telah menggeluti dunia
video dan film sejak kecil. Ia menginspirasi saya untuk belajar sinematografi
secara otodidak.
Tiga YouTubers yang
memiliki ciri khas dan fans masing-masing ini selain mengajarkan saya
pentingnya kualitas sebuah konten juga mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu
titik diperlukan kesabaran dalam menjalani sebuah proses. Mereka mendapatkan subscriber
sebanyak itu tentu tidak dalam satu hari. Ada proses panjang bahkan butuh waktu bertahun-tahun
yang dilalui hingga akhirnya sekarang mereka menikmati hasilnya.
Terkadang kita terlalu
fokus pada apa yang dicapai oleh seseorang dan sering mengabaikan apa yang
telah dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Stay Calm! Stay Sturggle!
You are worth!
Jogja, 28
November 2017
16:48 WIB
Bajang Lombok
Komentar
Posting Komentar