Dua Penyebab Utama Kegagalan
Bismillahiwabihamdihi
Assalamu’alaikum
wr wb
Sudah
menjadi sunnatulah teori sebab akibat menjadi hukum yang paling teraplikasi di
kehidupan ini. selain tentunya ada teori gravitasi bumi yang tidak pernah
meleset. Gaya gravitasi bumi ialah gaya
tarik bumi, contohnya ketika ada durian yang sudah akil baligh alias
matang dan siap santap maka ia akan jatuh dan jatuhnya pasti ke bawah, tidak ke
atas. Demikian cara gravitasi bumi membuktikan kebenarannya. Kalau nggak salah
teori ini saya pelajari sejak Sekolah Dasar dulu, anda masih inggat nggak
pelajaran SD anda dulu ? Adapun hukum/teori
sebab akibat berlaku pada seluruh aspek kehidupan. Sebab adalah faktor-faktor
pembentuk akibat atau yang mempengaruhi akibat, sedangkan akibat ialah hasil
dari berbagai sebab yang terjadi sebelum terjadinya akibat. jadi, sebab dulu
baru akibat.
Menjadi
pintar dalam bidang akademik termasuk pada kategori akibat. Sebabnya apa ? bisa
jadi rajin belajar, rajin diskusi, membaca, tetap aktif dalam kegiatan ilmiah,
tidak pernah alfa di kelas, dan selalu berdisiplin dalam belajar. Pun juga
menjadi bodoh merupakan sebuah akibat. Sebabnya bisa jadi karena intensitas
belajar yang minim, tidak ada keseriusan, lebih senang berfoya-foya, dan malas
membaca. Tidak ada ceritanya orang yang pintar terlahir dari tidur yang banyak,
badan yang malas, pikiran yang kotor, dan keengganan dalam berfikir. Jika sebab
yang dilakukan baik maka hasil yang diakibatkannya pun pasti baik.
Nah dalam
kesempatan ini saya ingin membahas sedikit tentang kegagalan. Tentu kita sudah
begitu akrab dengan kegagalan bukan ? diantara pembaca pasti pernah mengalami
kegagalan, entah gagal dalam lomba, persaingan di kelas, hubungan, gagal dalam
berorganisasi, dan lain sebagainya. Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan.
Nah, kira-kira, kegagalan itu sendiri termasuk dalam ranah sebab atau akibat ?
ayo di pikirkan baik-baik dulu, gagal termasuk kategori sebab atau akibat nih
pemirsa ??? mudah-mudahan jawaban kita sama ya, semeton.
Kita sepakat
bahwa kegagalan merupakan akibat. Setiap akibat tentunya memiliki sebab-sebab
yang tidak lebih dari satu. So, jika gagal adalah akibat maka apakah penyebab
kegagalan itu ??? ketika saya mengajukan pertanyaan ini di hadapan santri/wati
di pondok pesantren darul muhibbin NW Praya beberapa hari yang lalu ada beragam
jawaban yang muncul. Jawaban yang nyeleneh seperti, takdir, atau wah mule
nasib ( memang nasibnya begitu ), dll tentu terdengar. Tapi saya tidak
menyalahkan jawaban mereka. Semua jawaban mereka tentu benar menurut mereka. Dan
saya sendiri pun memiliki jawaban yang saya kutip dari sebuah video motivasi
yang pernah saya saksikan.
Ada dua
penyebab utama kegagalan, semetonku yang berbahagia ! yang pertama, beriman
tanpa beramal ( memiliki keyakinan tapi tidak diiringi dengan tindakan ), yang
kedua beramal tanpa beriman ( bertindak tanpa diiringi dengan keyakinan ).
1. Beriman tanpa beramal ( yakin tanpa diiringi tindakan )
Apabila kita
meyakini bahwa kita bisa menjadi pintar jika rajin belajar tapi hanya sebatas
keyakinan dan tidak pernah berusaha untuk rajin belajar maka 100 % saya jamin
kita pasti gagal untuk menjadi pintar. Kenapa ? karena kita tidak memiliki
tindakan untuk mengeksekusi keyakinan yang kita miliki. Ini sama artinya ketika seorang diberikan
hadiah pinalti dalam sebuah pertandingan sepak bola. Gawang sudah di depan
mata, bola pun di titik putih, dalam hati ia bergumam “ saya yakin bola ini
pasti gooolll ” namun dia hanya diam dan tidak menendang bola sama sekali, bisa
kah bola itu melesat ke dalam gawang ? tentu tidak, dikarenakan tidak ada
tindakan untuk berusaha menendang bola ke dalam gawang. Banyak orang yang gagal
karena tiada tindakan atau mungkin tindakan yang dilakukan tidak sebesar
keyakinan dan cita-cita yang mereka miliki
2.
Beramal tanpa
beriman ( bertindak tanpa diiringi keyakinan )
Jika
seseorang rajin belajar namun ia tidak yakin, tidak percaya diri bahwa ia mampu
menjadi pintar dan mahir dengan apa yang ia lakukan maka besar kemungkinan
kegagalan lah yang akan ia temukan. Keyakinan sangat diperlukan untuk
memotivasi diri agar bisa bertindak dan bergerak. Jika keyakinan sudah
terbentuk maka semangat serta motivasi tinggi pun akan gampang untuk
dimunculkan. Tapi jika keyakinan tidak ada maka ia bagaikan berjalan tak tentu
arah, hanya mengikuti kemana angin membawanya terbang. Ini sama artinya dengan
kita diberikan hadiah pinalti lagi dalam sebuah pertandingan, gawang sudah
menunggu, bola siap di tendang namun dalam hati kita ragu “ waduh, ini pasti
nggak gool ” “ saya nggak yakin ini bisa gol ”. mungkin ketika kita melakukan
tendangan dua belas pas yang menjadi kipernya adalah iker casillas makanya jadi
nggak yakin bisa gol. Jika dalam ketidak yakinan itu kita melepaskan tendangan
apakah yang akan terjadi ? memang ada kemungkinan gol tetapi lebih besar lagi
kemungkinan bola akan menyamping, meleset, melemah atau bahkan melambung karena
kita menendang tanpa ada keyakinan. Kita bertindak tidak diiringi dengan
keyakinan.
Itulah dua
penyebab utama kegagalan, semeton! Tugas kita bukanlah menghindari kegagalan,
karena kegagalan selain merupakan akibat ia juga adalah bagian dari proses
pendewasaan kita sebelum menemukan kesuksesan kelak. Tugas kita bukan juga
meratapi kegagalan dan mengatakan inilah nasibku. But, tugas kita adalah
mengevaluasi diri ketika gagal. Saat gagal menghampiri coba tanyakan pada diri
sendiri “ saya gagal karena apa ? karena saya beriman tanpa beramal ? atau saya
beramal tanpa beriman? ” jika anda gagal karena anda beriman tanpa beramal maka
beramalah! Bertindaklah ! eksekusi keyakinan anda ! tapi jika anda gagal karena
beramal tanpa beriman maka berimanlah ! tanamkan keyakinan dalam hati !
rangsang semangat dan motivasi untuk terus berusaha dan mencoba sampai
berhasil.
Apabila
muncul pertanyaan, “ kak ? saya rasa
saya sudah beriman dan beramal tapi kenapa saya gagal gagal terus? ”.
Bro, jawab pertanyaan ini ya !! anda yakin Allah maha adil ? anda yakin Allah
tidak pernah zhalim ? yakin Allah maha mengetahui dan maha melihat ? bagus
kalau anda yakini itu semua. Kita harus yakin bahwa Allah maha adil, Allah
nggak mungkin zhalim, Allah maha melihat bagaimana usaha hamba-hamba-Nya dan
maha mengetahui bagaimana kesungguhan seorang hamba-Nya. Kesungguhan tidak
hanya diperlukan untuk berusaha mendapatkan apa yang kita hajatkan namun
kesungguhan juga diperlukan dalam kesabaran untuk terus berusaha mencoba karena
Allah bukannya tidak mau memberikan kita apa yang kita inginkan akan tetapi
Allah tengah menguji sampai mana kesungguhan kita untuk berusaha dan bersabar.
Berbahagialah
jika anda pernah gagal, itu cara Allah mengajari anda bagaimana menjadi sukses.
Evaluasi diri, lalu lakukan perbaikan demi perbaikan, semoga kita semua sukses
dunia dan akhirat. Aammiinn ya robbal ‘alamin.
Komentar
Posting Komentar