Tentang Kebiasaan
Rasanya semua
orang pasti ingin memiliki kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk.
Meski indikator apa yang dikategorikan sebagai kebiasaan baik dan buruk bisa
saja berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang berpendapat menghabiskan waktu dua
jam untuk menonton YouTube merupakan kebiasaan yang baik. Pun juga ada yang
berfikir sebaliknya. Tapi saya yakin kita semua sepakat bahwa kebiasaan baik
adalah seperangkat rutinitas yang akan mengantarkan kita ke arah yang lebih
positif.
![]() |
pexels.com |
Kita semua tahu tentang teori kebiasaan baik. Agama (Islam) pun mengajarkan bahwa orang yang beruntung adalah orang yang selalu lebih baik setiap harinya. Bahkan orang yang kebaikannya hari ini sama dengan kemarin dianggap sebagai orang yang merugi. Ratusan motivator pun mengatakan hal yang sama. Karena memang berteori itu gampang. Bahkan orang yang minim pengalaman dalam asmara bisa menjadi yang paling ahli berteori tentang cinta.
Saya menulis
ini tidak dalam rangka kontra terhadap apa yang dilakukan oleh para motivator mainstream.
Saya pernah berada pada fase di mana petuah-petuah dari para motivator itu
bisa memberikan efek nyata dalam kehidupan saya. Tapi karena usia yang semakin
menua dan mulai ditampar oleh realita kehidupan yang tak selalu menyenangkan,
rasanya diksi-diksi manis ala motivator mainstream tersebut kebanyakan hambar
dan tak bertaji.
Tentu ini bukan
kelemahan apalagi kesalahan mereka. Ini murni karena perubahan yang saya
rasakan sendiri. Atau mungkin juga karena saya sudah overdosis kalimat-kalimat
motivasi sejak dulu. Akhirnya, sekarang, sedahsyat apapun untaian kalimat
motivasi itu saya tidak bergeming sama sekali. Mungkin juga kepekaan saya mulai
berkurang. Wallahu a’lam.
Atomic
Habits; Bukan Sekedar Teori
Sampai entah
bagaimana ceritanya beberapa bulan lalu saya check out sebuah buku best
seller berjudul Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear. Selang
beberapa hari pasca buku tersebut tiba diantar oleh abang kurir J&T, Maudy Ayunda mengulas buku ini di channel YouTube nya. Di saat itu saya merasa punya
kemiripan sesaat dengan pelantun perahu kertas itu.
Tapi lebih baik
kita tidak memperpanjang pembahasan tentang Maudy Ayunda. Karena sekarang ia
sudah menjadi istri orang. Orang Korea lagi! Jadi buat apa kita ngomongin istri
orang, kan? Lebih baik kembali ke buku!
![]() |
Maudy dan suami |
Satu hal yang
saya rasakan ketika membaca buku ini adalah; buku ini bukan teori tentang
motivasi. Atomic Habits ibarat buku panduan yang ditulis oleh James Clear bagi
mereka yang ingin membentuk kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk.
Apa yang harus kita lakukan? Kapan kita melakukannya? Kalau bosan di tengah
berproses apa yang harus kita lakukan? Benar-benar buku panduan yang relate untuk
semua orang lintas profesi.
Dari judulnya
saja sebenarnya kita sudah bisa menebak tips dan metode seperti apa yang
ditawarkan oleh James Clear. Atomic diartikan sebagai an extremely
small amount of a thing; the single irreducible unit of a larger system (bagian
teramat kecil sebuah benda; bagian tunggal yang tak terbagi lagi dari suatu
sistem yang lebih besar). Adapun Habit dipahami sebagai a
routine or practice performed regularly; an automtic response to a specific
situation (rutinitas atau praktik yang dilakukan secara teratur; tanggapan
otomatis terhadap situasi tertentu)
Perubahan kecil
yang dilakukan secara konsisten akan memberikan hasil yang luar biasa. Dan
untuk mengupayakan perubahan kecil itu ada banyak tips yang diberikan oleh
James Clear dalam buku ini. Kalau mood lagi bagus mungkin saya akan
bikin ulasan berseri di blog ini.
Namun kali ini
bukan apa yang ditulis oleh James Clear yang ingin saya bagikan. Tapi refleksi
saya terhadap sedikit upaya mengaplikasikan apa yang saya dapatkan dari buku
yang luar biasa ini. Jadi tulisan ini akan sangat subjektif dan belum tentu relate
dengan semua orang apalagi semua zodiak.
Menabung
Kebiasaan Kecil
Sudah sebulan
lebih saya berada di Jogja dalam rangka menuntaskan apa yang memang harus
dituntaskan sebagai seorang mahasiswa semester akhir program magister.
Rencananya saya di Jogja selama dua bulan lalu kembali ke Lombok dan nanti akan
kembali lagi ke Jogja menjelang sidang tesis (sekali lagi ini masih rencana
yang bisa banget berubah, wong tesis aja belum kelar wkwk).
Nah, untuk
mengukur lama di Jogja dan pencapaian selama di sini saya menyisihkan uang 2
ribu rupiah setiap hari di satu kotak khusus. Tidak ada target ingin membeli
apapun. Hanya sebagai media untuk menghitung sudah berapa hari saya di Jogja
lalu saya bandingkan dengan apa saja pencapaian yang saya hasilkan selama di
sini. Kenapa ngga coret kalender saja? Saya ngga punya kalender di kost.
Kenapa 2 ribu?
Kenapa tidak seribu atau 5 ribu? Pertama, uang nominal seribuan agak sulit
didapatkan. Kedua, kalau 5 ribuan kayaknya kebanyakan dan bisa mengancam gizi
saya selama di Jogja. Ini Jogja, bos! 5 ribu masih bisa dapat makan meski
sederhana wkwk. Jadi saya memilih 2 ribuan karena mudah didapatkan dan insya
Allah, tidak mengancam asupan gizi saya selama di sini.
Ketika tumpukan
uang 2 ribuan itu sudah menjadi 10 ribu saya berhasil menyelesaikan 100%
pengumpulan data untuk bahan tesis. Ketika tumpukan uang 2 ribuan itu menyentuh
angka 60 ribuan saya berhasil submit jurnal (meski sampai sekarang belum
dapat jawaban diterima atau ditolak, wkwk). Pada nominal tertentu alhamdulillah
ada juga pencapaian-pencapaian lain yang saya dapatkan.
Lalu saya
menyadari satu hal, ketika hari pertama saya mulai menyisihkan uang 2 ribu
rupiah kemudian uang tersebut ingin saya belanjakan maka saya hanya mampu
membeli 2 biji gorengan saja (minyak goreng mahal berimbas pada kenaikan harga
gorengan juga gaess, wkwk). Tapi andai kata saya menunggu sampai 7 hari maka
uang yang terkumpul bisa saya gunakan untuk menebus seporsi magelangan dan
segelas es teh manis di burjo langganan. Dan saat saya membuat tulisan ini uang
yang terkumpul bisa saya gunakan untuk membeli makanan yang lebih enak dan jauh
lebih mahal.
![]() |
magelangan + es teh (dok.pribadi) |
Padahal, apa
yang saya lakukan di hari pertama dan hari ke-empat puluh lima itu sama; memindahkan
uang 2 ribuan dari dompet ke kotak khusus. Tidak lebih dan tidak kurang! Yang
berbeda adalah di hari pertama saya hanya mampu membeli 2 biji gorengan
sedangkan di hari ke-empat puluh lima saya bisa membeli makanan yang jauh lebih
enak, mahal, dan tentunya bikin kenyang. Semua itu hanya dengan kebiasaan yang
sama!
Begitulah
kebiasaan kecil yang amat sederhana bekerja. Kita tidak perlu melakukan suatu
perubahan ekstrim sekaligus. Selain akan menguras tenaga juga sulit untuk
dipertahankan. Cukup dengan membangun kebiasaan baik yang sederhana, tidak
banyak menguras tenaga, tapi dilakukan setiap hari. Hasilnya? Percayalah ia tak
seperti janji politisi yang gampang mengkhianati!
Ini juga saya
terapkan dalam mengerjakan tesis. Saya tidak memiliki target selesai bab 1
dalam berapa hari. Tidak ada sama sekali. Karena James Clear mengajarkan bahwa
sistem lebih penting dari target. Buatlah sistem yang bisa mengantarkan kita ke
target yang ingin kita capai. Maka ketika target tersebut berhasil kita
dapatkan sistem yang sudah kita bangun akan otomatis terus bekerja.
Sistem yang
saya bangun adalah menerapkan kebiasaan kecil berupa harus melakukan sesuatu setiap
harinya untuk kepentingan tesis, bisa berupa memperdalam teori, membaca ulang
objek material, menulis satu sub bab, menyicil jurnal, dan lain sebagainya.
Ketika saya sudah melakukan salah satunya maka saya menganggap sistem saya
sudah berjalan. Jadi kalau hari ini saya sudah membaca teori maka tidak apa-apa
kalau saya ngga menambah tulisan di draft tesis. Syukur-syukur kalau lagi
semangat dan mood bagus bisa melakukan lebih dari satu opsi di atas. Tahadduts
binni’mah ini saya lakukan setiap hari sampai ketika tulisan ini saya buat.
Hasilnya? saya
belum bisa mengklaim hasil resmi kalau belum ada acc dari dosen pembimbing.
Semoga ada progress resmi dalam beberapa hari ini, amiinn ya rabbal alamin.
Sekali lagi
begitulah kebiasaan kecil yang sederhana nan istiqomah bekerja. Ketika kita
melakukan suatu kebiasaan baik di hari pertama hasilnya tidak akan langsung terlihat.
Bahkan di minggu pertama atau di bulan pertama. Maka jangan jadikan hasil
sebagai indikator kebahagiaan melainkan proses atau sistem. Ketika kita
berhasil melakukan kebiasaan kecil hari ini berbahagialah. Kita sudah berhasil
berkomitmen dengan diri kita dan melawan rasa malas dan rasa bosan yang sering
sekali menggoda itu.
Tapi jangan
lupa kebiasaan buruk yang dipeliahara pun bekerja dengan cara yang sama.
Kebiasaan buruk yang kita lakukan hari ini tidak akan berdampak apa-apa. Bahkan
juga di minggu pertama dan bulan pertama. Baik itu kebiasaan buruk di bidang
kesehatan maupun pendidikan. Kebiasaan baik bisa ditumpuk kebiasaan buruk pun
jauh lebih bisa. Maka mari fokus untuk mulai menumpuk kebiasaan baik yang
sederhana setiap harinya. Bukan menumpuk yang buruk.
Nampaknya
tulisan saya kali ini berfokus pada membentuk kebiasaan baik. Lalu bagaimana
dengan menghilangkan kebiasaan buruk? James Clear punya puluhan tips untuk ini
tapi mungkin karena refleksi saya belum sampai ke sana akhirnya saya belum bisa
menuliskannya, hehe. Ini juga sedang berusaha melatih diri untuk mengurangi
kebiasaan buruk. Semoga saya berhasil!
Jogja, 11 Juli
2022
Komentar
Posting Komentar